Selamat Datang Di Blog "_rist site_"

Selamat Datang Di Blog "_rist site_"

Minggu, 24 Januari 2016

TULISAN 4 - PERILAKU KONSUMEN

TINGGINYA TINGKAT KONSUMTIF MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP BARANG IMPORT



Berbicara mengenai budaya konsumtif di zaman yang super maju dalam konteks teknologi dan sarana prasarana, masyarakat seakan terbuai di dalamnya. Jika kita amati lingkungan sekitar kita khususnya di kota-kota besar segala fasilitas itu sudah tersedia. Semua kebutuhan seolah-olah sudah tersedia untuk kita, tinggal kita mempunyai uang apa tidak untuk membeli semua itu.

Menurut Prehati (2003), konsumtivisme adalah berkonsumsi dengan tidak lagi atas pilihan yang rasional berdasarkan kebutuhan, tetapi lebih memperurutkan keinginanannya. Lebih jauh, dalam budaya konsumtif terjadi kerancuan-kerancuan mengenai apa yang benar-benar diperlukan dan mana yang sekedar kebutuhan semu.

Sekarang ini, hampir separuh masyarakat Indonesia mengkonsumsi barang-barang yang berbaur import. Bahkan sudah menjadi sebuah kebanggan ketika produk barang/jasa yang digunakan adalah merupakan produk-produk import (Luar Negeri). Disamping karena merupakan produk luar negeri lebih unggul di pasar, produk yang dikonsumsi tersebut juga merupakan produk-produk branded secara internasional.



Ketika produk import sudah merajai pasar Indonesia, maka secara otomatis akan banyak produk dalam negeri yang akan stuck di pasar Indonesia (bahkan tidak ada peminat). Jika kondisi seperti ini berlangsung secara terus menerus, maka :

1. Terjadi ketertinggalan industri dalam negeri
Selain akan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan industri dalam negeri melalui impor barang-barang modal, namun bisa terjadi sebaliknya, industri kita tidak berkembang karena menghadapi pesaing-pesaing di luar negeri.

2. Menciptakan pengangguran
Dengan mengimpor barang dari luar negeri, berarti kita tidak mempunyai kesempatan untuk memproduksi barang-barang kebutuhan sendiri masyarakat Indonesia. Sama artinya kita telah kehilangan kesempatan untuk membuka lapangan pekerjaan ang tercipta dari proses memproduksi barang tersebut.

3. Konsumerisme
Konsumsi berlebihan terutama untuk barang-barang mewah merupakan salah satu dampak yang dapat diciptakan dari adanya kegiatan impor.

Untuk itu, sebagai mahasiswa kami menghimbau agar kita lebih mempertimbangkan penggunaan produk-produk luar negeri dan supaya lebih mengutamakan menggunakan produk sendiri (dalam negeri).
Cintai dan gunakanlah produk dalam negeri, sebagai hasil buatan tangan sendiri.







sumber :
http://igedearisuciptayasa.blogspot.co.id/2013/08/penyebab-dampak-dan-cara-mengatasi.html


TUGAS 11 - PERILAKU KONSUMEN

PENGARUH PERUBAHAN SITUASI TERHADAP PERILAKU KONSUMEN

Hasil gambar untuk pengaruh perubahan situasi terhadap perilaku konsumen

Kondisi sesaat yang muncul pada tempat dan waktu tertentu merupakan faktor situasional. Yang mana kemunculannya terpisah dari diri produk maupun konsumen. Mendefenisikan situasi situasi sebagai semua faktor yang utama terhadap tempat dan situasi yang tidak menurut pengetahuan seseorang (inta individu) dan stimulasi (alternatif pilihan) dan memiliki bukti dan pengaruh sistimatis pada perilaku saat ini.

Pengaruh situasional adalah kekuatan sesaat yang tidak berasal dari produk atau merk yang dipasarkan. Pengaruh situasional adalah kondisi sesaat yang muncul tiba-tiba yang mana kemunculannya tidak dari dalam diri tersebut maupun merk suatu barang. Pengaruh situasi sangatlahh berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu barang atau jasa.

Berikut ini karakteristik situasi konsumen, yaitu :
1. Lingkungan fisik
2. Lingkungan Sosial
3. Waktu
4. Tujuan
5. Suasana hati

JENIS-JENIS SITUASI KONSUMEN
Suatu jenis situasi konsumen yang sangat penting yaitu situasi konsumen pemakaian. Situasi sebenarnya dapat dipisahkan ke dalam tiga (3) jenis utama :
- Situasi komunikasi
- Situasi pembelian
- Situasi pemakaian

Situasi Komunikasi
Dapat didefenisikan sebagai latar dimana konsumen dihadapkan kepada komunikasi pribadi atau nonpribadi. Komunikasi pribadi akan mencakupi percakapan yang mungkin diadakan oleh konsumen dengan orang lain, seperti wiraniaga atau sesama konsumen.
Komunikasi nonpribadi akan melibatkan spektrum luas stimulus, seperti iklan dan program serta publikasi yang berorientasi konsumen (Misalnya, Laporan Keuangan).

Situasi Pembelian
Situasi pembelian mengacu pada latar dimana konsumen memperoleh produk dan jasa. Pengaruh situasi sangat lazim selama pembelian. 

Lingkungan Informasi
Lingkungan informasi mengacu pada keseluruhan jajaran data yang berkaitan dengan produk yang tersedia bagi konsumen. Sifat lingkungan informasi akan menjadi determinan penting dari perilaku pasar ketika konsumen terlibat di dalam semacam bentuk pengambilan keputusan non kebiasaan. Sebagian dari karakteristik lingkungan yang utama mencakupi :
- Ketersediaan informasi
- Beban informasi
- Format informasi
- Bentuk informasi

Situasi Pemakaian
Situasi pemakaian (Usage Situation) yang mengacu pada latar dimana konsumsi terjadi. Dalam banyak kejadian, situasi pembelian dan pemakaian sebenarnya sama (misalnya, Konsumen yang mengkonsumis hidangan seperti fast-food). Tetapi, konsumen produk kerap di dalam latar yang sangat jauh, baik secara fisik maupun temporal dari latar dimana produk diperoleh.

Pengaruh Situasi Tidak Terduga
Pemasar kadang bertanya kepada konsumen target mengenai maksud pembelian mereka untuk meramalkan permintaan produk pada masa datang. Walaupun maksud pembelian dapat dalam kondisi tepat bersifat prediktif mereka adalah gangguan yang disebabkan oleh pengaruh situasi yang tak terduga.

Dari prespektif pemasaran, pokok oentung disini secara sederhana adalah bahwa orang harus mengenali potensi pengaruh situasi yang tak terduga dapat merusak keakuratan ramalan yang didasarkan pada maksud pembelian. Walaupun kerap diharapkan bahwa efek seperti ini akan cenderung diseimbangkan (yaitu jumlah pelanggan yang hilang karena pengaruh situasi yang tak terduga akan seimbang oleh jumlah ang didapat karena alasan yang sama), kenyataannya mungkin tidak demikian.

sumber :
http://samuelsugara.blogspot.co.id/2012/05/perilaku-konsumen-pengaruh-situasi.html
http://syahronimy.blogspot.co.id/2015_01_01_archive.html

TUGAS 10 - PERILAKU KONSUMEN

PENGARUH KELUARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELI


Pengaruh keluarga terhadap pembelian ? Apakah memang ada pengaruhnya ?

Pada dasarnya, keluarga mempunyai peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi individu dalam pembelian suatu produk. Karena keluarga pulalah yang mempunyai peran paling banyak dalam interaksi seorang individu.  Keluarga juga merupakan organisasi kecil yang terintegrasi yang membentuk konsumen serta mempengaruhi individu dalam pembelian sesuatu produk.

Organisasi kecil yang dimaksud terdiri dari ayah, ibu dan saudara kandung mendapatkan orientasi atas agama, politik, ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta - kasih sayang. Bahkan, jika pembeli tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan keluarganya, pengaruh keluarga terhadap perilaku pembeli tetap signifikan. Pengaruh lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adlah keluarga prokreasi, yaitu pasangan dan anak-anak.

Dalam pengambilan keputusan, terdapat peran anggota keluarga, yaitu :
1. Penjaga Pintu (Gatekeepers)
Perannya adalah mengatur dan mengendalikan informasi akan masuk ke keluarga.
Yang berperan sebagai penjaga pintu ini berperasn untuk menerima, meneruskan atau menolak/menghentikan informasi yang akan disampaikan anggota keluarga.

2. Pemberi Pengaruh (Influencer)
Perannya adalah memberi pengaruh kepada anggota keluarga lain untuk mengambil keputusan.
Pemberi pengaruh akan mengevaluasi alternatif-alternatif yang tersedia. Pemberi pengaruh ini mempunyai peran pentign dalam mempengaruhi pengambilan keputusan pemilihan, penggunaan atau penghentian suatu produk ataupun jasa.

3. Pengambilan Keputusan (Decision Maker)
Peranannya adalah memutuskan produk/jasa yang akan dibeli. Di dalam keluarga, ini dapat diperankan oleh suami atau istri atau anak tergantung dari produk yang dibeli dan kondisi dominasi pengambilan keputusan dalam keluarga.

4. Pembeli (Buyer)
Peranannya adalah membeli atau melakukan transaksi atas barang dan jasa.

5. Penyiap (Preparer/Installer)
Peranannya menyimpan segala sesuatunya sehingga produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi.

6. Pengguna (User)
Yakni memakai produk atau menggunakan produk/jasa yang dibeli.

7. Pemeliharaan (Maintainer)
Fungsinya adalah merawat dan melakukan usaha yang memungkinkan produk atau jasa dapat digunakan dan berfungsi dengan baik sesuai dengan jangka waktunya.

8. Pembuang (Disposer)
Yakni berinisatif menghentikan atau tidak melanjutkan penggunaan produk atau jasa yang digunakan.

9. Pencetus (Initiator)
Yakni anggota keluarga mempunyai ide atau gagasan untuk membuat dan atau membeli suatu produk atau jasa.  

10. Pengatur (Orginizer)
Fungsinya adalah mengatur apakah produk tersebut bisa dimulai untuk dipakai, dibuang atau dihentikan.

Juga terdapat beberapa keuntungan dan kerugian dengan menitikberatkan keluarga sebagai unit analisis, yaitu :
A. Keuntungan
Ketika pembelian dibuat oleh individu, keputusan pembelian individu yang bersangkutan mungkin sangat dipengaruhi oleh anggota lain dalam keluarganya. Pembiayaan yang lebih mudah dibandingkan individu. Karena banyaknya produk yang dibeli oleh konsumen ganda yang bertindak sebagai unit keluarga.

B. Kerugian
Studi tentang keputusan keluarga konsumen kurang lazim dibandingkan studi tentang individu sebagai konsumen. Alasan untuk pengabaian dalam studi pembelian keluarga adalah kesulitan dalam mempelajari keluarga sebagai organisasi. Survei dan metodologi penelitian pemasaran lain lebih mudah dijalankan untuk individu daripada keluarga.



Sumber :
http://aindapryl.blogspot.co.id/2014/12/pengaruh-keluarga-terhadap-perilaku.html


Senin, 04 Januari 2016

TUGAS 9 - PERILAKU KONSUMEN

PENGARUH KELAS SOSIAL DAN STATUS
TERHADAP TINGKAT PEMBELIAN


A. DEFENISI
Kelas Sosial adalah pembagian kelas dalam masyarakat berdasarkan kriteria tertentu, baik menurut agama, pendidikan, status ekonomi, keturunan dan lain-lain.

                                  

Menurut Pritim A. Sorokin, yang dimaksud dengan kelas sosial adalah pembeda penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (herarchis).

Kelas Sosial atau golongan sosial juga mempunyai arti yang relatif lebih banyak dipakai untuk menunjukkan lapiran sosial yang berdasarkan atas kriteria ekonomi. Jadi, defenisi Kelas Sosial atau Golongan Sosial adalah sekelompok manusia yang menempati lapisan sosial berdasarkan kriteria ekonomi.

Istilah kelas memang tidak selalu memiliki arti yang sama, walaupun pada hakekatnya mewujudkan sistem kedudukan yang pokok dalam masyarakat.
Pengertian kelas ini sejalan dengan pengertian lapisan tanpa harus membedakan dasar pelapisan masyarakat tersebut. 

Kelas Sosial dapat timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya. Misalnya : Seorang anggota masyarakat dapat dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi dan eorang anggota masyarata dipandang rendah karena memiliki status sosial yang rendah.

P.J Baouman menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa Belanda disebut stand, yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak dan istimewa terntentu dan menurut gengsi kemasyarakatan.

Kelompok-kelompok sosial dapat dibedakan menjadi :
  1. Pejabat Eksekutif, tbaik tingkat pusat maupun desa
  2. Pejabat Legislatif
  3. Pejabat Yudikatif

Hasil gambar untuk pengaruh kelas sosial dan status terhadap tingkat pembelian

B. FAKTOR PENENTU KELAS SOSIAL
Terdapat beberapa indikator yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan kelas sosial, salah satunya adalah kekayaan. 

Sebagai contoh, 
dalam kelas sosial atas tentunya diperlukan banyak sekali uang untuk dapat hidup menurut tata cara kelas sosial tersebut.
Namun demikian, julah uang sebanyak apapun tidak dapat menjamin segera mendapatkan status kelas sosial atas atau sering disebut dengan OKB (orang kaya baru), mungkin juga sebagai kelas bawah.

Setiap orang tentu memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda. Bahkan tingkat pembelian juga sangat dipengaruhi oleh kelas sosial di dalam masyarakat. Kebutuhan seorang pejabat serta daya belinya tentu sangat berbeda dengan kebutuhan seorang konsumen level bawah. Bahkan kemampuan daya belinya pun sangatlah berbeda.

Jumlah konsumsi serta jumlah pembelian konsumen juga sangat dipengaruhi kemampuan ekonomi masyaratak, tingkat sosial, status sosial dan lain sebagainya. Sehingga faktor ini yang juga digunakan oleh produsen dalam memproduksi barang/jasa di dalam masyarakat. Juga sebagai faktor menentukan target di pasar.

Nah...bagaimana kelas sosial itu di ukur ?

C. PENGUKURAN KELAS SOSIAL
Pendekatan secara sistematis dalam mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai kategori yang sangat luas, meliputi ukuran subjektif, reputasi, objektif dari kelas sosial itu sendiri.

Perbedaannya dimana ?

1. UKURAN SUBJEKTIF
Untuk mengukur kelas sosial dengan pendekatan ini, para individu diminta untik menaksir kedudukan kelas sosial mereka masing-masing. Klasifiakasi keanggotaan kelas soasial yang dihasilkan didasarkan pada persepsi partisipan terhadap dirinya atau citra diri partisipan.

2. UKURAN REPUTASI
Pendekatan reputasi untuk mengukur kelas sosial memerlukan informan mengenai masyarakat yang dipilih untuk membuat pertimbangan awal mengenai keanggotaan kelas sosial orang lain dalam masyarakat.

3. UKURAN OBJEKTIF
Ukuran ini terdiri dari berbagai variabel demografis atau sosioekonomis yang dipilih mengenai individu yang sedang dipelajari. Ukuran objektif kelas sosial terbagi menjadi 2 kategori pokok, yaitu indeks variabel tunggal dan indeks variabel gabungan.

D. PERAN DAN STATUS
Sepanjang kehidupan, seseorang akan terlibat dalam beberapa keompok baik secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya : keluarga, klub dan organisasi. Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat diastikan sebagai peran dan Status.
1. Faktor Pribadi
Keputusan seseorang untuk membeli barang/jasa juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia dan daur hidupnya, pekerjaannya, kondisi ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.
2. Faktor Psikologis
Pilihan seorang dalam membeli barang atau jasa juga dipengaruhi oleh 4 faktor psikologis utama, yaitu motivasi, persepsi belajar, kepercayaan dan sikap.
Motivasi seperti yang dipaparkan oleh teori Robert Maslo :
"Dimulai dengan kebutuhan-kebutuhan fisiologis (lapar dan haus), disusul kebutuhan-kebutuhan keselamatan (perasaan aman dan perlingusngan), kemudian kebutuhan-kebutuhan sosial (perasaan menjadi anggota lingkugan dan dicintai), selanjutnya kebutuhan-kebutuhan untuk dihargai (harga diri, pengakuan dan status) dan mengkerucutkan kebutuhan-kebutuhan pernyataan diri (pengembangan dan perwujudan diri).






Sumber :
http://arie-dwiputra.blogspot.co.id/2012/09/pengaruh-kelas-sosial-dan-status.html
https://www.academia.edu/9751805/PENGARUH_STATUS_SOSIAL_DAN_KELAS_SOSIAL_TERHADAP_PRILAKU_KONSUMEN
http://endriyana1812.blogspot.co.id/2015/01/pengaruh-kelas-sosial-dan-status.html