PENTINGNYA HUBUNGAN YANG BAIK ANTARA PRODUSEN DAN KONSUMEN UNTUK MENARIK MINAT ATAU DAYA BELI KONSUMEN
Seorang konsumen
melihat pasar dari dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang pertama adalah
sudut pandang yang setuju dengan manfaat yang dijanjikan oleh pasar, sementara
sudut pandang yang lain adalah sudut pandang yang menitik beratkan pada biaya
atau pengorbanan yang harus diberikan pelanggan sebagai kompensasi untuk
memperoleh manfaat tersebut.
Begitu pun sebuah
perusahaan, manfaat atau kompensasi tersebut berbeda-beda baik secara ekonomi
maupun secara emosi. Apapun sudut pandang pelanggan, hal ini harus mendapat
perhatian. Hal inilah yang dimaksud dengan nilai konsumen, yaitu
perbedaan antara manfaat yang diberikan pasar dengan biaya yang harus
dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat tersebut.
Secara garis besar, permintaan
akan barang timbul karena individu pada sektor rumah tangga dibagi atas 2, yaitu:
1. Memerlukan barang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya
2. Memiliki daya beli (pendapatan
berupa uang) yang diperoleh dari penjualan atas faktor-faktor produksi
yang dimilikinya ke sektor rumah tangga perusahaan.
Interaksi yang terjadi di pasar mengakibatkan perputaran uang antar konsumen
dan produsen berjalan dengan lancar. Rumah tangga konsumen memperoleh uang pada
pasar faktor produksi, sementara rumah tangga produsen memperoleh uang melalui
penjualan barang dan jasa. Kondisi ini disebut sebagai simbiosis mutualisme
antara sektor rumah tangga perusahaan dan rumah tangga konsumen. Alfred Marshal
menyebut bahwa permintaan akan faktor produksi merupakan turunan (derived
demand) dari permintaan akan barang dan jasa yang timbul karena kebutuhan
manusia.
Dalam membangun hubungan
dengan pelanggan dibutuhkan peran serta seluruh pihak dalam perusahaan untuk
menyediakan nilai konsumen sebelum dan sesudah terjadi proses jual beli. Bagian
akuntansi tidak dapat bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa dan menyerahkan
pada bagian penjualan apabila ada masalah dengan bon pelanggan, atau bahkan
menganggap bahwa hal tersebut merupakan kesalahan pelanggan.
Hubungan jangka
panjang dengan konsumen dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan, kecuali
semua orang bekerja sama dengan benar untuk kepentingan konsumen.
Sebuah pertanyaan sederhana : "mengapa produsen perlu
memperhatikan pola perilaku konsumen?"
Hal ini karena,
hubungan produsen/perusahaan dan konsumen saling ketergantungan, perusahaan
memproduksi produk dan konsumen membelinya, perusahaan sebagai pihak produsen
memantau produk apa yang diinginkan konsumen masa kini, inilah penyebab bahwa
pentingnya peran produsen/perusahaan bagi konsumen.
Istilah pembeli adalah
raja dibuat oleh produsen untuk memperkuat citra bahwa pelanggannya mendapatkan
prioritas utama. Dengan demikian, konsumen akan kembali membeli karena merasa
diistimewakan oleh produsen dan mendapat perhatian lebih.
Keuntungan hal ini
bagi produsen adalah membuat konsumen nyaman demi daya jual yang akan tercapai
dan setiap tujuan penjualan perusahaan akan terpenuhi. Karena, pelayanan adalah
salah satu strategi marketing yang paling penting.
Keuntungan hal ini
bagi konsumen adalah konsumen mandapat perasaan nyaman dalam membeli barang dan
merasa diistimewakan oleh perusahaan tersebut.
Oleh karena hal ini,
banyak perusahaan meningkatkan pelayanan kepada konsumen. Perusahaan yang mampu
menarik hati para konsumen dengan pelayanan terbaiknya adala perusahaan uang
dinilai berhasil strategi marketingnya. Sehingga istilah " konsumen adalah
Raja " masih berlaku dalam pasar.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli
Konsumen
Swastha dan Irawan
(2001) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat membeli berhubungan
dengan perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam membeli
barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat membeli, ketidakpuasan biasanya
menghilangkan minat.
Super dan Crites
(Lidyawatie, 1998) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
minat, yaitu :
1.
Perbedaan pekerjaan,
artinya dengan adanya perbedaan pekerjaan seseorang dapat diperkirakan minat
terhadap tingkat pekerjaan yang ingin dicapainya, aktivitas yang dilakukan,
penggunaan waktu senggangnya, dan lain-lain.
2.
Perbedaan sosial
ekonomi, artinya seseorang yang mempunyai sosial ekonomi tinggi akan lebih
mudah mencapai apa yang diinginkannya daripada yang mempunyai sosial ekonomi
rendah.
3. Perbedaan hobi atau
kegemaran, artinya bagaimana seseorang menggunakan waktu senggangnya.
4.
Perbedaan jenis
kelamin, artinya minat wanita akan berbeda dengan minat pria, misalnya dalam
pola belanja.
5. Perbedaan usia,
artinya usia anak-anak, remaja, dewasa dan orangtua akan berbeda minatnya
terhadap suatu barang, aktivitas benda dan seseorang.
Sedangkan menurut
Kotler, Bowen, dan Makens (1999) terdapat dua faktor yang mempengaruhi minat
beli seseorang dalam proses pengambilan keputusan pembelian, yaitu situasi
tidak terduga (Unexpected situation) dan sikap terhadap orang
lain (Respect to Others)
Untuk memahami proses
motivasi yang mendasari dan mengarahkan perilaku konsumen dalam melakukan
pembelian perlu dipahami beberapa konsep antara lain:
a. Teori ekonomi mikro
Menurut teori ini
keputusan membeli merupakan hasil perhitungan ekonomis rasional yang sadar.
Teori ini didasarkan pada asumsi yaitu:
1.
Bahwa konsumen selalu
mencoba untuk memaksimumkan kepuasaanya dalam batas-batas kemampuan
finansialnya.
2.
Bahwa ia mempunyai
pengetahuan tentang beberapa alternatif sumber untuk memuaskan kebutuhannya.
3.
Bahwa ia selalu
bertindak rasional.
b. Teori Psikologis
Ada beberapa teori
yang termasuk dalam teori psikologis yang secara garis besar dapat dibagi dalam
2 bagian yaitu, teori belajar dan teori psikoanalitis.
Teori psikologis ini
mendasarkan pada penerapan teori psikologis yang berpendapat bahwa pada umumnya
manusia selalu didorong untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
c. Teori Psikoanalitis
Teori Psikoanalitis
didasarkan pada asumsi bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh adanya keinginan
yang terpaksa dan adanya motif yang tersembunyi. Perilaku manusia ini adalah
merupakan hasil kerja sama dari ketiga aspek dalam struktur kepribadian manusia
yaitu, id (das es), ego (das ich) dan super ego (das
veber ich).
d. Teori Antropologis
Menurut teori ini
bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh kultur yang terdiri dari masyarakat
sekitar, kelas sosial yang berlaku serta keluarga.
Minat Pembelian Ulang (Future Intention)
Pembelian ulang (repeat
purchase) menurut Peter/Olsen (2002) adalah kegiatan pembelian yang
dilakukan lebih dari satu kali atau beberapa kali. Kepuasan yang diperoleh
seorang konsumen, dapat mendorong ia melakukan pembelian ulang (repeat
purchase), menjadi loyal terhadap produk tersebut ataupun loyal terhadap
toko tempat dia membeli barang tersebut sehingga konsumen dapat menceritakan
hal-hal yang baik kepada orang lain.
Menurut Schiffman
& Kanuk (2000) perilaku pembelian ulang itu sangat berhubungan dengan
konsep dari brand loyalty, dimana kebanyakan perusahaan mendukung
karena hal ini memilki kontribusi yang besar untuk kestabilan yang baik di
dalam marketplace.
Zeithalm et al (1996)
menekankan bahwa pentingnya mengukur minat beli kembali (future
intention) pelanggan untuk mengetahui keinginan pelanggan yang tetap
setia atau meninggalkan suatu barang/jasa. Konsumen yang merasa senang dan puas
akan barang /jasa yang telah dibelinya, akan berpikir untuk membeli ulang
kembali barang/jasa tersebut. Pembelian yang berulang akan membuat konsumen
menjadi loyal terhadap suatu barang /jasa (Band, 1991).
Kesimpulan
Menjaga hubungan baik antara Produsen dan Konsumen adalah kunci dari awetnya suatu hubungan kerja sama. Juga bermanfaat untuk
menjaga hubungan baik antara produsen dan konsumen, sehingga produsen tidak
ditinggal oleh pelanggannya, sebagai produsen juga harus memberikan perilaku baik
dan kualitas layanan yang prima sehingga dapat menarik daya beli konsumen untuk
menjadi pelangan tetap produsen tersebut.
Sumber :
http://achielpanglimaperang.blogspot.co.id/2014/01/hubungan-produsen-dan-konsumen.html
http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2011/10/membangun-minat-beli-definisi-faktor.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar